PSBB Jilid 2, Siapa Takut? Efektivitas Pengeluaran Pemerintah
Penanjakan masalah covid 19 di Indonesia makin nampak riil, pada September 2020 jumlah masalah sudah capai 233.000 walau jumlah masalah yang pulih sudah mecapai 167.000 berarti pengobatan terus berlangsung namun masalah baru masih makin bertambah.
Mirisnya jumlah tambahan masalah baru makin hari makin bertambah dari beberapa puluh, beberapa ratus saat ini seputar 3.000 /hari. Lihat ini Gubernur DKI Jakarta putuskan untuk lakukan Limitasi Sosial Bertaraf Besar (PSBB) kembali ke 14 September 2020.
Berdasar Dinas Kesehatan DKI bila tidak dilaksanakan PSBB karena itu tanggal 17 September tempat tidur di Jakarta akan penuh. Fasilitas prasarana bisa bila dipaksakan untuk ditambah dengan cepat namun bagaimana dengan jumlah tenaga kesehatan serta kesejahteraan mereka yang paling rawan semasa epidemi ini. Kabar berita tenaga kesehatan yang sudah berguguran serta keluarga mereka sebagai korban bisa menjadi bom waktu buat Indonesia.
Pemerintah sudah keluarkan Perpres 72/2020 dimana berbelanja negara sejumlah Rp 2.739,2 T dengan penambahan Rp 125,4 T akan dipakai dalam perlakuan efek Covid-19 serta Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Dengan cara spesial arah berbelanja negara itu untuk bantuan serta imbal layanan penjaminan UMKM, ekstensi bantuan sosial tunai serta potongan harga listrik, penambahan Dana Stimulan Wilayah (DID) untuk PEN, serta berbelanja perlakuan Covid yang lain.
Perkembangan berbelanja negara itu salah satu tanggapan pemerintah dari kebijaksanaan fiskal yang diinginkan bisa menggeser atau mencipatakan keinginan dengan cara agregat karena epidemi tahun ini.
Selanjutnya tercermin dari perkiraan Bank Indonesia jika masih ada peluang deflasi di bulan September 2020 sebesar 0.01%. Deflasi bisa berlangsung sebab pengurangan harga bahan inti, turunnya keinginan barang serta layanan dan daya membeli yang belum sembuh.
Rangsangan pemerintah berbentuk berbelanja negara adalah discretionary fiscal sebab perkembangan berbelanja dipacu oleh epidemi yang mengakibatkan pemerintah cari langkah agar merangsang perkembangan ekonomi kembali lagi.
Keinginannya desakan negatif (negative shock) berbentuk kenaikan pengangguran serta pengurangan output bisa selekasnya ditangani. Meskipun rangsangan APBN akan berefek pada tambahan defisit jadi 6,34% dari PDB dipandang lumrah mengingat situasi ekonomi alami pelemahan.
Sesuai laporan performa APBN semester I tertera jika realiasi berbelanja modal alami perkembangan sebesar 8.7% serta realisasi berbelanja bantuan sosial tumbuh sebesar 41%.
Mudah-mudahan dengan warga jalankan 3M (menggunakan masker, jaga jarak serta membersihkan tangan) bisa menolong pemerintah untuk konsentrasi dalam jalankan peranannya untuk jaga konsistensi ekonomi supaya rangsangan yang sudah digulirkan tidak jadi percuma serta Indonesia betul-betul dapat alami situasi New Normal.